Memes for Marketing: Saat Humor Jadi Bahasa Baru Brand
Ada masa ketika brand sibuk menciptakan tagline sempurna. Sekarang? Satu template meme bisa membuat mereka lebih viral, lebih didengar, dan lebih mudah diingat. Pergeseran ini bukan sekadar tren, tapi bukti bahwa bahasa komunikasi publik telah berubah mengikuti budaya digital. Humor, kejujuran, dan inside jokes jauh lebih efektif daripada ajakan promosi yang kaku.
Gen Z tidak menunggu iklan, mereka mengikuti percakapan lucu yang terasa seperti obrolan dengan teman. Contohnya terlihat jelas pada kolaborasi Duolingo × Tokopedia yang sempat ramai di timeline, guyonan soal logo, visual playful, dan persona brand yang jenaka berhasil menciptakan interaksi yang masif tanpa terasa seperti kampanye formal. Data juga menunjukkan pola yang sama. Menurut HubSpot, konten lucu memiliki peluang share hingga 64% lebih tinggi dibanding konten edukatif biasa. Jadi bukan hanya terasa menghibur, humor berperan sebagai mesin distribusi organik yang mendorong brand masuk ke percakapan digital dengan cara yang natural, tanpa promosi yang terkesan memaksa.
Dari Lelucon ke Strategi Marketing

Meme adalah bentuk komunikasi visual cepat yang memicu emotional resonance. Saat audiens melihat meme dengan konteks sosial yang familiar, mereka merasa terlibat, bahkan sebelum membaca caption.
Di era attention span 8 detik, format humor seperti ini jadi “senjata” efektif. Bukan hanya lucu, tapi menghentikan scroll sesaat, yang dalam marketing disebut sebagai pattern interrupt. Saat audiens berhenti, brand punya kesempatan menyampaikan pesan. Itu sebabnya semakin banyak brand menggunakan meme untuk:
- Meningkatkan brand awareness tanpa terlihat memaksa. Humor membuat nama brand menyebar dari satu timeline ke timeline lain tanpa harus “jualan” secara frontal.
- Menyampaikan pesan dengan gaya ringan, tidak kaku atau salesy. Meme membantu brand terdengar lebih manusiawi, seolah berbicara dengan teman sendiri.
- Menciptakan shareability tinggi dengan biaya produksi yang kecil. Satu gambar sederhana atau template populer seringkali cukup untuk membuat konten viral.
Meme membuat komunikasi terasa santai, tetapi dampaknya bisa sangat strategis.
Contoh Brand yang Sukses Mengubah Meme Jadi Strategi Pemasaran
Netflix Indonesia menjadi contoh yang konsisten memanfaatkan konsep humor meme untuk menyoroti karakter dan adegan populer dari serial atau film terbaru. Cara ini membuat promosi terasa relate seperti percakapan antarteman, bukan iklan yang kaku.
Duolingo pun melakukan hal serupa, tetapi dengan pendekatan persona yang lebih nyentrik dan sedikit absurd, sehingga terasa sangat dekat dengan gaya humor Gen Z. Ketika sebuah brand berani menertawakan dirinya sendiri, audiens merasa lebih akrab dan terhibur.
Tidak heran para kreator digital menyebut, “Kalau audiens tertawa, mereka berhenti scroll. Itu sudah setengah kemenangan.”
Risiko & Etika: Nggak Semua Meme Aman Dipakai

Meski terlihat santai dan sederhana, meme marketing tetap memiliki risiko. Satu meme yang ditempatkan di waktu atau konteks yang salah bisa menjadi bumerang. Tidak semua tren cocok untuk setiap brand, dan tidak semua humor aman untuk konsumsi publik.
Kesalahan paling umum terjadi ketika brand ikut-ikutan tren tanpa memahami budaya internet dan sensitivitas audiens. Akibatnya, konten bisa dianggap menyinggung, memicu backlash, merusak reputasi, bahkan menurunkan engagement secara drastis. Risiko yang paling sering muncul antara lain:
- Salah konteks sehingga brand terlihat “tidak paham budaya internet.”
- Tone-deaf terhadap isu sosial atau kelompok tertentu yang sedang sensitif .
- Terlihat memaksakan diri demi viral.
- Kolom komentar dipenuhi respons negatif dan sulit dikendalikan.
Karena itu, meskipun konsep humor efektif, brand tetap perlu menjaga etika dan memahami batasannya.
Penting bagi Brand: Kenali Cultural Context Sebelum Ikut Tren

Meme adalah produk budaya digital. Mereka lahir dari momen tertentu di internet dan membawa referensi yang kadang hanya dipahami oleh komunitas tertentu. Karena itu, jika sebuah brand sekadar ikut-ikutan tanpa memahami konteksnya, hasilnya bukan lucu, melainkan terlihat cringe. Untuk menghindarinya, brand perlu melakukan langkah sederhana sebelum mem-posting:
- Pastikan tim memahami arti meme dan konteksnya.
- Analisis audiens, apakah meme tersebut benar-benar relatable bagi mereka.
- Hindari format yang sudah usang atau dipaksa relevan hanya demi terlihat mengikuti tren.
Dengan pendekatan ini, humor tetap terasa natural dan brand tidak kehilangan kredibilitas.
Do’s and Don’ts dalam Meme Marketing

Agar meme marketing tetap aman dan efektif, ada beberapa prinsip yang perlu dipegang.
Do’s:
- Gunakan humor yang sesuai karakter dan nilai brand, sehingga terasa natural dan tidak dibuat-buat.
- Pilih meme yang berkonotasi positif dan mudah dipahami audiens luas.
- Perhatikan sensitivitas budaya serta isu sosial yang sedang berkembang.
- Selalu uji respons di internal team sebelum tayang, jika tim saja tidak tertawa, kemungkinan besar audiens juga tidak.
Don’ts:
- Menyentuh tema politik, agama, tragedi, atau isu sensitif lain.
- Menjadikan meme sebagai satu-satunya strategi konten.
- Memaksa promosi dalam satu meme, karena jika terasa “jualan,” kesan humornya bisa langsung hilang.
Meme yang tepat terasa ringan, cerdas, dan relevan. Meme yang salah, bisa jadi menimbulkan masalah, karena viral tidak sebanding dengan reputasi.
Cara Bikin Meme Marketing yang Nggak Cringe
Relate dulu, baru promote. Audiens menyukai brand yang bisa bercanda, tetapi tetap cerdas dan berkelas. Meme yang terlalu penuh promosi akan terasa garing, sementara meme yang natural justru akan punya angka share tinggi tanpa diminta. Agar tidak salah langkah, brand bisa mengikuti beberapa tips praktis berikut:
- Stay Updated. Pantau tren meme di X, TikTok, dan Reddit. Siklus hidup tren sangat cepat, jadi timing menjadi kunci.
- Keep It Simple. Visual lucu dan punchline singkat sudah cukup. Terlalu banyak kata justru menghilangkan efek humornya.
- Be Self-Aware. Tidak ada salahnya menertawakan kekurangan kecil, misalnya pengiriman yang pernah telat atau stok cepat habis. Justru sisi manusiawi ini membuat audiens merasa dekat.
- Soft Selling Only. Biarkan humor memancing engagement lebih dulu. Promosi bisa hadir halus di caption, tanpa terasa memaksa.
Pada akhirnya, meme yang baik bukan hanya lucu, tetapi terasa personal dan relevan bagi audiens.
Meme Marketing dalam Strategi Konten Brand
Meme bukan pengganti konten edukatif atau komersial. Ia bekerja sebagai top layer content, konten pengait yang menarik perhatian audiens baru sebelum mereka diperkenalkan pada konten yang lebih informatif seperti edukasi, testimoni, atau product storytelling. Karena itu, meme sebaiknya menjadi bagian dari strategi yang lebih komprehensif, sehingga brand dapat:
- Menggabungkan humor dengan insight, misalnya menyoroti masalah sehari-hari yang bisa diselesaikan produk.
- Menggunakan satir ringan tanpa menyinggung pihak tertentu.
- Menjadikan meme sebagai “pintu masuk” menuju kampanye besar atau pesan utama.
- Menganalisis performa melalui indikator seperti engagement rate, share rate, dan komentar untuk melihat respon audiens.
- Melakukan A/B testing untuk membandingkan format humor yang paling efektif.
Pada akhirnya, meme yang bagus bukan hanya membuat orang tertawa, tetapi juga membuat mereka menekan tombol “follow.”
Humor adalah Mata Uang Baru Engagement
Meme marketing bukan tren sesaat, namun evolusi bahasa internet yang cepat, emosional, dan mudah disebarkan. Brand yang mampu masuk ke lingkungan digital secara autentik akan lebih mudah membangun kedekatan tanpa agresif menjual.
Namun, meme tetap membutuhkan perhitungan. Lucu saja tidak cukup, harus relevan, sopan, dan sesuai identitas brand. Eksekusi yang salah bisa berdampak buruk, tetapi eksekusi yang tepat bisa menjadi “pintu masuk” engagement jangka panjang.
Jika brand ingin masuk ke percakapan digital dengan cara yang autentik, strategis, dan tidak cringe, FAS siap membantu. Melalui pendekatan kreatif berbasis riset audiens, FAS membantu brand membuat strategi konten yang seimbang antara humor, nilai, dan identitas brand, tanpa kehilangan arah dan tujuan pemasaran. Hubungi Kami di WA: +628041745745. Kunjungi Website FAS dan laman sosial media kami di Instagram & TikTok FAS.
