Rojali & Rohana di Era E-Commerce: Tantangan dan Peluang untuk Brand

Dalam dunia jualan offline, kita sering mendengar istilah populer Rojali (Rombongan Jarang Beli) dan Rohana (Rombongan Hanya Nanya). Keduanya menggambarkan konsumen yang ramai datang ke toko, banyak bertanya, tapi ujung-ujungnya tidak melakukan transaksi.

Fenomena ini ternyata tidak hanya terjadi di pasar tradisional atau toko fisik. Di era digital, Rojali dan Rohana juga hadir di e-commerce dan social commerce. Bedanya, perilaku mereka kini lebih terlihat melalui data: keranjang belanja penuh tapi tidak di-checkout, hingga banjir pertanyaan di kolom komentar atau chat admin.

Memahami fenomena ini sangat penting. Bukan untuk mengeluh, melainkan agar brand bisa menyusun strategi konversi yang tepat.

Definisi Rojali & Rohana dalam Konteks Digital

Rojali (Rombongan Jarang Beli)

Konsumen yang rajin membuka website atau aplikasi e-commerce, mengklik produk, bahkan memasukkan barang ke keranjang. Namun ketika tiba di tahap checkout, transaksi jarang sekali selesai. Hasilnya: angka cart abandonment tinggi.

Rohana (Rombongan Hanya Nanya)

Konsumen yang aktif bertanya lewat chat, DM, atau komentar. Mulai dari harga, ukuran, warna, hingga ongkos kirim. Tapi setelah dilayani dengan ramah, sering kali tidak ada pembelian yang terjadi.

Sekilas, dua tipe konsumen ini tampak merugikan. Namun, keduanya sebenarnya adalah indikasi minat yang masih bisa diarahkan menuju pembelian.

Mengapa Rojali dan Rohana Terjadi?

Fenomena ini punya banyak faktor pemicu. Beberapa yang paling umum adalah:

  1. Harga Tidak Sesuai Ekspektasi
    Konsumen tertarik melihat produk, tapi mundur karena harga dirasa terlalu tinggi dibanding ekspektasi.
  2. Masih Bandingkan Produk di Marketplace Lain
    Konsumen digital terbiasa membuka banyak tab sekaligus. Mereka membandingkan harga, fitur, promo, dan ulasan sebelum memutuskan.
  3. Terlalu Banyak Promo & Pilihan
    Ironisnya, banjir promo justru membuat konsumen bingung. Akhirnya, mereka menunda keputusan dengan alasan “nanti saja”.
  4. Kurangnya Trust pada Toko atau Brand
    Konsumen masih ragu apakah produk asli, bagaimana kualitasnya, atau bagaimana jika barang tidak sesuai.
  5. Faktor Psikologis: Window Shopping untuk Hiburan
    Bagi sebagian orang, memasukkan barang ke keranjang adalah bentuk hiburan. Mereka menikmati prosesnya tanpa niat membeli.
  6. Customer Journey yang Belum Optimal

Mulai dari halaman produk yang kurang jelas hingga proses checkout yang ribet, semua bisa menjadi alasan konsumen batal membeli.

Dampak Bagi Bisnis Online

Fenomena Rojali dan Rohana bukan sekadar cerita lucu, melainkan tantangan nyata yang punya dampak besar pada bisnis:

  • Cart Abandonment Rate Tinggi. Keranjang penuh tapi transaksi tidak terjadi. Hal ini mengurangi conversion rate toko online.
  • Beban Tambahan untuk CS/Admin. Banyaknya pertanyaan dari Rohana membuat tim customer service kewalahan. Energi dan waktu habis melayani konsumen yang ujungnya tidak membeli.
  • Biaya Iklan Membengkak. Traffic tinggi dari iklan tidak otomatis menghasilkan penjualan. ROI iklan bisa turun karena banyak klik tapi sedikit checkout.

Strategi Menghadapi Rojali dan Rohana

Alih-alih melihat mereka sebagai “gangguan”, brand perlu menganggap Rojali dan Rohana sebagai potensi pembeli yang butuh sentuhan lebih. Berikut strategi praktis yang bisa diterapkan:

1. Optimalkan Informasi Produk

  • Gunakan foto produk berkualitas tinggi dari berbagai sudut.
  • Tambahkan video demo produk untuk memperjelas fungsi.
  • Buat deskripsi detail: ukuran, material, varian warna, cara pakai.

Semakin jelas informasi, semakin kecil kemungkinan konsumen ragu di tahap akhir.

2. Bangun Trust Konsumen

  • Tampilkan ulasan asli dari pembeli.
  • Cantumkan rating produk dengan jujur.
  • Berikan jaminan seperti garansi, kebijakan retur, atau kepastian originalitas produk.

Kepercayaan adalah faktor utama yang bisa mengubah Rohana menjadi pembeli.

3. Sederhanakan Proses Checkout

  • Pastikan sistem pembayaran cepat dan tidak berbelit.
  • Berikan opsi metode pembayaran lengkap: transfer bank, e-wallet, hingga paylater.
  • Minimalisir jumlah klik agar konsumen bisa menyelesaikan transaksi tanpa hambatan.

4. Gunakan Chatbot & Auto-Reply

Untuk menghadapi Rohana, chatbot bisa menjawab pertanyaan umum (harga, ongkir, stok). CS manusia tetap dibutuhkan, tapi beban mereka bisa berkurang signifikan.

5. Remarketing & Retargeting

Gunakan iklan retargeting untuk konsumen yang sudah memasukkan barang ke keranjang tapi tidak checkout. Reminder berupa “Produk di keranjangmu hampir habis” terbukti efektif mendorong keputusan.

6. Promo Khusus

Berikan voucher diskon, gratis ongkir, atau bonus eksklusif khusus untuk konsumen yang hampir checkout. Dorongan kecil ini bisa menjadi pemicu pembelian.

Dari Tantangan Jadi Peluang

Fenomena Rojali & Rohana adalah konsekuensi alami dari pesatnya e-commerce dan social commerce. Walau terlihat merepotkan, sebenarnya ini adalah peluang emas untuk memahami perilaku konsumen lebih dalam.

Dengan strategi yang tepat, mulai dari optimasi produk, trust building, hingga remarketing, bisnis bisa mengubah traffic tinggi menjadi transaksi nyata. Ingat, di balik setiap keranjang kosong atau pertanyaan tanpa akhir, ada potensi loyal customer jika ditangani dengan cerdas

Pakai FAS Biar Strategi Marketing Tidak Sia-Sia

Strategi marketing sehebat apa pun akan percuma jika operasional bisnis tidak siap mendukungnya. Biar promosi dan upaya konversi Anda berjalan mulus, pastikan manajemen stok, pengemasan, dan distribusi juga rapi dan efisien.

Di sinilah FAS hadir sebagai mitra. Dengan sistem terintegrasi, FAS memastikan stok selalu terkendali, pesanan diproses cepat, dan pengiriman lebih andal. Hasilnya, brand Anda bisa fokus mengelola strategi pemasaran dan membangun komunitas konsumen, sementara urusan logistik ditangani secara profesional.Hubungi Kami di WA: +628041745745. Kunjungi Website FAS dan laman sosial media kami di Instagram & TikTok FAS.