Bukan Video, Ternyata Carousel yang Paling Disukai di Sosial Media!
Setiap hari, sosial media dibanjiri video pendek. TikTok, Instagram Reels, dan YouTube Shorts menjadi format favorit banyak brand untuk mengejar viralitas. Logikanya sederhana, video lebih menarik, lebih ekspresif, dan lebih interaktif.
Namun ada fakta menarik di tengah dominasi video. Data engagement terbaru menunjukkan bahwa format carousel justru kembali naik, terutama di Instagram dan LinkedIn. Salah satu contoh datang dari insight yang dibagikan Pretty Little Marketer di LinkedIn. Carousel edukatif yang konsisten mampu menghasilkan peningkatan engagement dan reach yang signifikan. Singkatnya, carousel bukan sekadar format alternatif, namun kembali menjadi senjata utama brand untuk membangun trust dan thought leadership.
Mengapa audiens jatuh cinta lagi pada carousel? Jawabannya ada pada cara orang belajar dan menyerap informasi, yang singkat, runtut, bisa disimpan, dan tidak memaksa audiens menonton penuh. Di sinilah carousel menang telak.
Data Bicara: Carousel Masih Jadi Raja Engagement

Menurut riset Social Insider, carousel post dapat menghasilkan hingga 1,4x lebih banyak engagement dibanding video. Ini mengejutkan bagi banyak brand yang sebelumnya menghabiskan fokus pada produksi video pendek. Mengapa begitu?
1. Algoritma Platform Mendorong Interaksi Berulang
Setiap swipe dihitung sebagai interaksi. Semakin banyak slide yang dibuka, semakin lama audiens bertahan di konten tersebut. Bagi algoritma, durasi dan aktivitas ini menjadi sinyal positif sehingga postingan berpotensi didorong lebih jauh.
2. Audiens Merasa “Ikut Belajar”
Carousel edukatif biasanya to the point: satu slide, satu pengetahuan kecil. Model ini membuat audiens merasa mendapatkan value nyata tanpa menghabiskan waktu lama.
3. Bukti Nyata: Contoh Pretty Little Marketer
Akun Pretty Little Marketer membagikan insight bahwa carousel edukatif di LinkedIn mampu meningkatkan reach hingga sekitar 40%. Kuncinya sederhana: topik relevan dan dieksekusi dengan storytelling visual yang rapi. Artinya, carousel bukan sekadar menarik, namun juga terbukti efektif meningkatkan keterlibatan dan kepercayaan audiens secara berkelanjutan.
Kenapa Carousel Lebih Disukai Audiens?

Carousel bekerja seperti mini-presentasi, singkat, runtut, dan tidak melelahkan. Ada tiga faktor utama yang membuatnya disukai:
- Storytelling step-by-step. Penjelasan bertahap membuat topik kompleks terasa mudah. Pembaca bisa memahami dari awal hingga akhir tanpa bingung.
- Saveable content. Carousel edukatif sering disimpan untuk referensi. Inilah alasan konten carousel punya umur lebih panjang dibanding video.
- Rasa kontrol bagi pengguna. Saat menonton video, pengguna “dipaksa” mengikuti alur kreator. Pada carousel, mereka yang menentukan ritme, cepat, lambat, lompat slide, atau kembali ke awal.
Karena faktor inilah carousel memberi sensasi “belajar cepat” tanpa gangguan audio, tanpa durasi panjang, dan tanpa distraksi. Dalam konteks sosial media serba cepat, kenyamanan ini adalah nilai besar bagi audiens.
Strategi Membuat Carousel yang Efektif

Tidak semua carousel akan otomatis menghasilkan performa yang tinggi. Perlu strategi konten yang presisi dan eksekusi visual yang rapi agar audiens mau menggeser sampai slide terakhir. Berikut pendekatan yang terbukti efektif:
1. Gunakan Hook Kuat di Slide Pertama
Slide pertama adalah “penjaga pintu”. Jika tidak menarik, audiens berhenti di situ. Hook bisa berupa:
- pertanyaan yang memancing rasa ingin tahu,
- fakta mengejutkan,
- atau pernyataan yang menantang asumsi umum.
Contoh:
- “Kenapa iklanmu banyak view tapi sedikit penjualan?”
- “3 alasan kenapa kontenmu tidak menghasilkan engagement.”
Tujuan hook adalah membuat audiens berpikir: “Aku perlu tahu jawabannya.” Tanpa hook, carousel kehilangan momentum sejak awal.
2. Gunakan Struktur Logis dan Runtut
Carousel bekerja layaknya mini storytelling. Struktur yang sering terbukti efektif adalah:
Problem → Insight → Solusi → CTA
- Problem: Jelaskan isu yang relevan dengan kesulitan audiens.
- Insight: Berikan penjelasan atau data yang memperjelas masalah.
- Solusi: Tawarkan langkah atau tips.
- CTA: Arahkan mereka untuk tindakan berikutnya.
Model ini membuat audiens merasa diarahkan secara halus dan tidak “loncat-loncat”. Hasilnya, mereka terdorong membaca sampai slide akhir.
3. Desain Visual Bersih & Konsisten
Carousel bukan poster padat teks dan gambar. Visual yang terlalu ramai justru menurunkan retensi. Prinsipnya:
- Gunakan warna konsisten agar identitas brand tetap terasa.
- Teks ringkas dan mudah dibaca: satu slide cukup 1–3 kalimat inti.
- Elemen visual mendukung informasi, bukan mengalihkan fokus.
Setiap slide harus memiliki pesan jelas. Jika ada slide yang hanya “kosong” atau sekadar pemanis visual, audiens akan kehilangan minat di tengah jalan.
4. Tambahkan CTA yang Jelas di Slide Terakhir
Carousel yang edukatif tanpa CTA adalah peluang yang terbuang. Setelah pembaca memahami masalah dan solusinya, arahkan mereka ke aksi berikut:
- membaca artikel lengkap,
- mengunjungi landing page produk,
- mendaftar webinar,
- atau mencoba free trial.
CTA membantu mengubah engagement menjadi tindakan nyata, bukan hanya konsumsi informasi.
5. Lakukan Uji Performa Secara Berkala
Carousel terbaik adalah hasil dari iterasi. Pantau metrik berikut:
- slide mana yang paling banyak di-swipe,
- durasi rata-rata pengguna melihat tiap slide,
- jumlah save dan share,
- serta titik slide di mana audiens berhenti.
Jika banyak pengguna berhenti di slide ketiga, bisa jadi teks terlalu panjang, desain tidak menarik, atau informasi kurang relevan. Insight ini membantu menentukan topik visual dan copywriting yang lebih efektif ke depannya.
Kapan Video Tetap Diperlukan?

Meski carousel unggul dalam edukasi dan story telling sederhana, video tetap penting untuk tujuan tertentu.
1. Demo produk
Video menampilkan cara kerja dan hasil penggunaan secara nyata. Audiens dapat melihat detail fungsi, sebelum, sesudah, serta keunggulan yang sulit dijelaskan lewat teks.
2. Behind-the-scenes
Video mampu menghadirkan nuansa kedekatan. Proses kerja tim, pengemasan, atau suasana produksi terlihat lebih hidup sehingga membangun kepercayaan.
3. Kampanye brand awareness
Untuk menjangkau audiens baru, video lebih mudah viral karena bersifat dinamis dan mudah dibagikan. Format ini efektif memperkuat impresi brand.
Kesimpulannya, strategi terbaik bukan memilih salah satu format, tetapi mengombinasikannya. Video berfungsi menarik perhatian dan menjangkau audiens baru, sementara carousel memperdalam pemahaman dan membangun kepercayaan melalui informasi yang runtut. Dengan alur ini, konten tidak hanya menarik saat dilihat pertama kali, tetapi juga memberikan nilai yang membuat audiens bertahan, menyimpan, dan kembali lagi.
Peran FAS dalam Strategi Konten Brand
Mengombinasikan video dan carousel membutuhkan lebih dari sekadar ide kreatif. Diperlukan riset, eksekusi visual yang konsisten, serta analisis performa agar setiap konten menghasilkan dampak. Di titik inilah FAS mengambil peran strategis.
FAS membantu brand menyusun strategi konten yang seimbang: video untuk menarik perhatian dan memperluas jangkauan, serta carousel untuk memberikan edukasi dan membangun kepercayaan. Layanannya mencakup ideasi konten, creative production, penulisan naskah, desain visual, hingga analisis performa digital untuk menentukan topik dan format terbaik berikutnya.
Pendekatannya tidak berhenti pada “sekadar posting”. FAS memastikan setiap konten memiliki tujuan, relevansi, dan nilai bagi audiens, sehingga brand hadir dengan format yang tepat dan konsisten di platform sosial media. Carousel bukan hanya soal tampilan visual, tetapi cara baru bercerita yang sesuai dengan pola konsumsi informasi saat ini, cepat, jelas, dan mudah disimpan. Dalam kombinasi yang tepat dengan video, format ini mampu meningkatkan pemahaman, memperkuat kepercayaan, dan menjaga audiens tetap terlibat dalam jangka panjang.
Ingin mengetahui format konten yang paling efektif untuk brand Anda? Diskusikan strategi konten bersama tim FAS dan temukan pendekatan yang paling relevan untuk pertumbuhan digital brand Anda. Hubungi Kami di WA: +628041745745. Kunjungi Website FAS dan laman sosial media kami di Instagram & TikTok FAS.
