KOL vs Affiliate Marketing: Mana yang Lebih Efektif di 2025?
E-commerce Indonesia terus berkembang pesat dalam lima tahun terakhir. Persaingan marketplace, tren social commerce, hingga gaya belanja generasi muda membuat brand harus semakin cermat memilih strategi pemasaran.
Dua strategi paling populer saat ini adalah KOL (Key Opinion Leader) marketing dan affiliate marketing. Keduanya sama-sama efektif, namun dengan cara yang berbeda.
KOL marketing berfokus pada kekuatan figur publik atau influencer untuk memengaruhi keputusan belanja audiens. Sedangkan affiliate marketing lebih menekankan pada jaringan luas, di mana siapa saja bisa mempromosikan produk dan mendapatkan komisi dari setiap penjualan.
Pertanyaannya: di tahun 2025, mana strategi yang lebih efektif untuk brand?
Kelebihan KOL Marketing

KOL marketing telah menjadi primadona dalam dunia digital. Popularitas influencer, baik macro maupun micro, menjadi alasan mengapa strategi ini sulit tergantikan.
- Trust yang tinggi
Audiens KOL biasanya sangat loyal. Mereka mengikuti konten sang influencer bukan hanya karena produk yang ditawarkan, tetapi juga karena personalitasnya. Rekomendasi dari KOL sering dianggap setara dengan rekomendasi dari teman dekat. - Efektif untuk branding & campaign besar
Ketika brand meluncurkan produk baru atau ingin menciptakan hype, KOL bisa menjadi jembatan tercepat. Satu unggahan di Instagram, TikTok, atau YouTube dapat menjangkau ratusan ribu hingga jutaan audiens dalam hitungan jam. - Kemampuan menciptakan viral moment
Fenomena live shopping adalah contoh nyata. Saat seorang KOL populer melakukan live di TikTok Shop, penonton tidak hanya menonton, tetapi juga langsung melakukan pembelian. Conversion rate dari live shopping bersama KOL bisa mencapai angka tinggi, jauh di atas iklan konvensional.
Kekurangan KOL Marketing

Meski punya banyak kelebihan, KOL marketing juga menyimpan beberapa keterbatasan yang perlu dipertimbangkan brand.
- Biaya yang mahal
Menggandeng macro influencer atau selebriti bisa menguras budget marketing. Tarif sekali posting bisa setara dengan biaya iklan digital berbulan-bulan. - ROI sulit diukur
Seringkali sulit menilai apakah campaign KOL benar-benar mendorong penjualan atau hanya menciptakan awareness. Beberapa campaign memang viral, tetapi tidak selalu menghasilkan sales yang sepadan. - Risiko mismatch
Jika brand salah memilih KOL yang tidak sesuai dengan target market, hasilnya bisa kontraproduktif. Misalnya, KOL dengan basis audiens urban muda mungkin tidak efektif untuk produk rumah tangga mass market.
Kelebihan Affiliate Marketing

Affiliate marketing hadir dengan pendekatan berbeda: lebih terukur, lebih hemat, dan lebih scalable.
- Berbasis komisi
Brand hanya membayar jika ada penjualan. Sistem ini membuat anggaran lebih efisien karena biaya sebanding dengan hasil. - Jangkauan yang sangat luas
Siapa pun bisa menjadi affiliate: mahasiswa, ibu rumah tangga, content creator kecil, bahkan karyawan biasa. Selama mereka punya akses ke media sosial atau komunitas, mereka bisa mempromosikan produk. - Cocok untuk sustain sales
Affiliate sangat efektif untuk menjaga aliran penjualan harian, terutama pada produk mass market. Misalnya, produk FMCG (Fast Moving Consumer Goods) atau kebutuhan sehari-hari yang sering dicari konsumen.
Kekurangan Affiliate Marketing

Namun, sama seperti KOL, strategi affiliate juga punya tantangan tersendiri.
- Kualitas konten bervariasi
Tidak semua affiliate bisa membuat konten yang menarik. Ada yang hanya menempelkan link tanpa penjelasan, sehingga kurang efektif menarik minat pembeli. - Kurang kuat untuk branding
Karena sifatnya berbasis penjualan, affiliate kurang tepat untuk membangun citra eksklusif. Kontennya lebih transactional daripada storytelling. - Butuh sistem tracking & komisi yang jelas
Jika sistem komisi tidak transparan, affiliate akan mudah kehilangan motivasi. Di sisi brand, tanpa sistem tracking yang rapi, sulit mengukur efektivitas program.
Dengan kata lain, affiliate marketing kuat di sisi penjualan berkelanjutan, tetapi tidak cukup jika brand ingin membangun positioning premium.
Insight untuk Brand di 2025

Tahun 2025 adalah era kolaborasi strategi. Konsumen semakin pintar, saluran digital makin padat, dan kompetisi makin sengit. Itu artinya brand tidak bisa hanya mengandalkan satu pendekatan saja.
- KOL marketing paling tepat digunakan untuk branding dan awareness jangka pendek. Campaign KOL akan menciptakan buzz yang kuat dan memperkenalkan produk ke pasar lebih cepat.
- Affiliate marketing ideal untuk penjualan berkelanjutan dan cost efficiency. Dengan ribuan affiliate yang tersebar, brand bisa menjaga sales tetap stabil tanpa mengeluarkan biaya besar.
Strategi yang optimal adalah kombinasi keduanya. Brand bisa menggunakan KOL untuk menciptakan cerita besar, lalu memperluas dampaknya lewat affiliate yang menyebarkan link referral.
Contoh, sebuah brand meluncurkan produk skincare baru dengan campaign besar menggunakan KOL populer di TikTok. Setelah itu, ribuan affiliate ikut menyebarkan link produk dengan kode promo. Hasilnya: brand mendapat awareness sekaligus penjualan berkelanjutan.
Dari pembahasan di atas, jelas tidak ada “pemenang” tunggal. KOL dan affiliate marketing punya peran masing-masing yang saling melengkapi. Bagi brand yang cerdas, strategi terbaik bukan memilih salah satunya, melainkan mengombinasikan keduanya untuk mendapatkan hasil maksimal.
Jika brand Anda masih bingung harus memilih KOL atau affiliate, jawabannya sederhana: tidak perlu memilih, gunakan keduanya dengan strategi yang tepat.
FAS hadir sebagai partner terpercaya untuk membantu brand merancang kombinasi strategi pemasaran yang efektif. Dengan dukungan FAS, brand Anda akan siap menghadapi persaingan e-commerce 2025 dengan strategi yang lebih cerdas, terukur, dan berdampak nyata.
Hubungi Kami di WA: +628041745745. Kunjungi Website FAS dan laman sosial media kami di Instagram & TikTok FAS.